Kuda dan Manusia Setengah

Bagaimana ia mencoba bertahan selama ini dan bagaimana lingkungannya menancapkan label itu adalah hal yang berbeda dari kebanyakkan yang orang katakan. Ini bukan tentang baik atau buruk yang dikatakan para moralis, sebabnya saya cukup yakin setelah zaman nabi tidak ada orang di dunia ini yang memiliki hanya satu diantaranya saja dan tentu pasti keduanya dimana yang menjadi hakim adalah momentum. Memang sial terlahir di zaman edan seperti ini celetuknya saat berada di warung ini. 


"Saya memesan nasi dengan telur yang diaduk pak"

"Pakai cabai le?"

"Pakai pak, cuma standar saja"

"Standar itu berapa?"

"Ikut orang-orang saja pak"

"Tiga ya"

Di lain sisi terkadang saya mensyukuri apa yang ia alami saat ini. Saya tau ini tidak benar. Tapi karena terjatuhlah ia dapat belajar kembali. Belajar untuk melihat apa-apa saya yang tak mampu ia lihat ketika ia sedang sehat dan tidak menjaga kesehatannya dengan baik. 

Semoga ketika ia sembuh ia tidak membaca tulisan saya ini. Karena saya tidak tau respon apa yang akan ia berikan dan saya juga demikian tidak tau respon apa yang akan saya berikan setelah ia membaca tulisan ini. Tapi semoga saja ia memahami betul apa yang ingin saya sampaikan disini.

Jika kerapuhan ada bayangan yang mendampingi manusia ketika berada dihadapan sinar ultramen maka bersahabatlah dengan kerapuhan. Memangnya apa yang lebih baik daripada hidup dan menghidupi?

Posting Komentar

0 Komentar