Petak Umpet dan Skeptis(me) Konyol


Demonstrasi mahasiswa sumber dari antaranews.com

Akhir-akhir ini Indonesia sedang panas karena Karhutla di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Sebelumnya juga wacana pemindahan ibu kota diumumkan 26 Agustus 2019 lalu oleh Presiden Joko Widodo. Dimana usulan tersebut sudah di bahas sejak kepresidenan Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono juga menjadi perdebatan dimana-mana termasuk warung kopi pinggir jalan berdebu.

Demonstrasi marak hingga hari ini, mulai Juli lalu yaitu demonstrasi yang menyuarakan penolakan terbitnya izin reklamasi mendirikan bangunan (IMB) di pulau Reklamasi. Pada akhir bulan Agustus, demonstrasi dilakukan kembali atas tindakan represif juga rasis kepada mahasiswa papua oleh aparat polisi.

September hingga hari ini demonstrasi kembali dilakukan terkait kejanggalan isi Revisi UU KPK, Revisi UU Pemasyarakatan, RUU KUHP, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan dan RUU Minerba yang diinisiasi oleh DPR-RI cenderung merugikan lapisan masyarakat juga pekerja di instansi pemerintah yang disinggung didalamnya.


Semakin janggal karena kebanyakan dari RUU tersebut berada diluar Agenda Prolegnas DPR-RI tahun ini. Surpres yang dilayangkan oleh Presiden Joko Widodo pada DPR-RI cenderung tergesa-gesa. Juga ada pernyataan bahwa setelah wacana RUU tersebut diumumkan kurang lebih seperti ini, bahwa inisiasi ini dilakukan untuk meningkatkan potensi masuknya para investor ke Indonesia.


Baik, dari sini terlihat ada benarnya yaitu Indeks Korupsi di Indonesia memanglah terbelakang. Lalu apa hubungannya investor dengan RUU tersebut. Saat Indeks Korupsi di Indonesia menurun, Indonesia akan semakin menawan dengan make up ciamik tersebut. RUU itu sebenarnya visioner juga progresif, Jika keadaan di Indonesia apalagi di instansi pemerintahan sudah terjamin “Kebersihannya”. Ini seperti permainan anak-anak yang sebelum di potret untuk sebuah majalah tersenyum manis sedang di kakinya sudah berlumuran darah dicapit oleh kepiting keparat.

“Zaman Nabi Nuh dahulu saat membawa seluruh umatnya dan semua hewan, apabila kucing-kucing saat itu tidak memakan para tikus yang membeludak saat itu pasti kapal itu sudah tenggelam” pernyataan seorang pria tua kepadaku saat ngopi di warung kopi pinggir jalan yang berdebu.

Meskipun saya juga tidak menganggap seluruh orang yang berada di instansi pemerintahan itu buruk dan pasti masih ada segelintir orang baik disana akan tetapi tidak berdaya, karena tidak memiliki “Kekuatan Lebih”. Idealisnya setiap kalimat yang dilontarkan adalah kalimat-kalimat yang diplomatis, samar, dan hitam/putih juga tidak jelas.

Anggaplah penafsiran saya konyol-pun tak masalah, seharusnya pemerintahan harus menunjukkan bahwa stigma yang tertancap di punggungnya selama berpuluh-puluh tahun itu sudah tidak relevan lagi. Adanya demonstrasi sejak Juli hingga sekarang adalah bukti riil bahwa pemerintahan belum layak diberikan “Pengobatan” atas darah yang mengucur deras di punggung akibat belati stigma itu.
“Kalau ingin suara didengar massa hari ini harus lebih besar dari massa reformasi 98’ dahulu” pesan tersirat yang saya tangkap dari penyataan pimpinan MPR pada pers media beberapa waktu lalu.

Panjang umur Perjuangan!
Panjang umur Perlawanan!
Panjang umur untuk segala kemurnian juga kesucian hati dalam bentuk apapun!



Posting Komentar

0 Komentar