Gendar-Genderisme

Ilustrasi : @_mxmen

Saat ini penggunaan frasa jenis kelamin aka gender atau bisa dikatakan hanya berbeda penyebutan menurut saya. Ah, kamu selalu saja berbelit-belit protes temanku keras-keras. Ya, bolehlah saudara (dibaca: nda’isah) tapi sebentar saya lanjutkan terlebih dahulu yang sebelumnya dalam buku dan ingatan-ku.
Disini jenis kelamin adalah sesuatu yang menjadi kodrat manusia. Misalnya penjurusan atau konsentrasi pada fase penjurusan. Tentunya memiliki buntut pada tahun ke tahun yang akan datang yaitu prospek dan arus jenjang.    
Kita bisa melihat soal pengarus-utamaan gender atau jenis kelamin ini, yang saya maksud dengan pengarus-utamaan gender adalah dalam konteks tertentu kita melihat semacam arus yang menandakan gerak dalam aliran tersebut.
Dalam hal ini bukan berarti saya pro patriarki dan suka menindas perempuan, hanya kadang-kadang saja misalnya saat menyuruh membuatkan kopi dan memeluk saya sewaktu malam sedang dingin tidak wajar. Dalam suatu ekosistem tentunya memiliki batas-batas tertentu dan nilai-nilai tentunya, ada yang lebih mengutamakan perempuan dan ada yang lebih mengutamakan lelaki. Tentunya pasti akan terngiang partrialis atau non-patrialis aka feminisme.
Dalam sehari ada waktu-waktu tertentu yang setiap individu memiliki jam-jam yang bervariasi, jika dilihat dari siklus rentang usia 1-11 tahun akan memiliki jam yang berbeda dengan 12-18 tahun lalu pada rentang usia 19-28 tahun dan seterusnya. Juga melihat kondisi geografisnya dan apa yang menjadi pekerjaannya. Hal tersebut saling mempengaruhi dan hal ini akan menjadi benang merah dengan prioritas individu atau masyarakat akan menjadi patrialis dan kapan menjadi non patrialis tergantung situasi dan kondisi (dibaca:siklus) dari belakang meja warung kopi menjanjikan.
“Ah, itu hanya bualan” Sahut orang yang sedang memainkan rokok ditangan-nya.
Tapi tenang kita memiliki gubernur yang baru kata Jason Ranti. Belum selesai dari peradaban yang mana ini kita melihat gender kalau dari saya sendiri hanya berpaku pada orientasi kelamin. Sialnya, saat saya melihat dalam Bantuan Likuiditas Bank Indonesia aka BLBI, ralat KBBI maksudnya.
Jenis kelamin memiliki definisi yang bunyinya kurang lebih seperti ini, sifat (keadaan) jantan atau betina. Bunyinya seperti menembak hancur isi kepala orang-orang yang sedikit sefrekuensi dengan saya. Menyuruh saya untuk berpikir ulang. Apa ini adalah semacam pertanyaan polisi dipersimpangan jalan pada saya.
Ada beberapa klise yang pasti saudara dan saudari pernah mendengar tomboyisme yang artinya memiliki sifat petualang dan melekat pada anak perempuan. Menurut saya hal ini terjadi karena pressure yang dalam jangka waktu yang berhimpitan kemudian terakumulasi dan membentuk intisari. Hingga terlahir emak-emak gaul jika menjadi dewasa kelak. 
“Selamat malam”
“Malam pak”
“Bisa menunjukkan surat-surat kendaraan saudara?”
Tentu saja saya sedikit gusar dan kalang kabur saat mendengar penjelasan itu, karena yang seperti khalayak pahami kita tau arah pembicaraan tersebut. Mungkin sedikit absurd bagi pembaca. Tapi harap tenang, memang sedari dulu memang demikian aparatur negara atau kebetulan oknum-oknum saja yang terlalu banyak sehingga orang-orang yang tidak berperilaku demikian saat menjalankan tugas pasti bukan aparatur negara--sial. Tidak ada yang perlu dirisaukan.
“Saudara mau kemana?”
“Sudah tau jalannya?”
“Boleh minta tolong diantar?”
 “Tentu, tapi saudara perlu tau bahwa harga masuk ke toilet sekarang naik menjadi sebesar nominal gajah 1000 rupiah bersamaan dengan bea cukai rokok yang beberapa hari lalu yang telah beredar”
“Ini artinya saya harus banyak minum air putih”
“Loh kok bisa?”
“Unta atau Onta adalah dua spesies hewan berkuku belah dari jenis Camelus (Satu berpunuk tunggal – Camelus Dromedarius). Satu lagi berpunuk ganda. – Camelus bactiarus) yang hidup ditemukan di wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara yang rata-rata harapan hidup unta adalah 30 sampai 50 tahun”
Tiba-tiba ia langsung saja memotong teori-teori andalan saya
“Toilet sebelah sana mas”
Seorang teman saya menyerondol dengan rokok yang baru dibakar salah satu ujungnya dan mengenai tangan kanan saya. Untung saja waktu itu saya menggunakan pakaian lengan panjang. Bara rokoknya hanya menyengat beberapa detik atau mili detik dan tidak sampai membuat baju saya bolong—hanya sedikit terbakar dan menyisakan abu yang menempel.
Sebuah respon otomatis tubuh langsung menjadi penyelamat seketika. Hari ini tidak ada kopi. Beranda rumah menjadi berantakan karena perdebatan gender atau yang saat berlabuh di telinga atau tersangkut di tenggorokan tidak mengenakan tentunya.
Baca: Pancasila

Posting Komentar

0 Komentar