Black Berry Message?

Belakangan ini muncul wacana yang dibawahi oleh peraturan yaitu tentang penghapusan premium dan pertalite atas dasar pengurangan emisi dan karbon. Begini, yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah kesejahteraan masyarakat indonesia jika mungkin dalam beberapa bulan kedepan menunjukkan kurva terdampak pandemi menurun bahkan vaksinnya telah ditemukan.
Meskipun saya masih ragu dengan obat tersebut yang mungkin saja akan monopoli dan penghapusan bahan bakar tersebut juga terjadi. 
Untuk saat ini saya akan membahas tentang wacana penghapusan premium dan pertalite saja terlebih dahulu. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana masyarakat yang ini sedang diuji coba dengan new normal nya pemerintah.
Untuk setelah masa pandemi ini telah berapa banyak masyarakat yang terkena pemutusan hubungan kerja? dan pemutusan-pemutusan baptis lainnya. Saya rasa pemerintah sekali lagi melakukan tindakan yang menurut saya termasuk dalam kecerobohan-kecerobohan lainnya.
Dengan mengambil langkah kebijakan tersebut apakah pemerintah sedang mempertanyakan bagaimana nasionalisme masyarakat? pemerintah tentunya sadar betul dengan kebijakan yang diambil, tapi sekali lagi apakah pemerintah sudah kehilangan akal sehat?
Penghapusan premium dan pertalite akan berdampak sangat besar bagi masyarakat terutama para buruh, mahasiswa tak ketinggalan para driver ojek online. Saya tentunya sangat mafhum dengan kebijakan pemerintah, memang sejak jaman baehula pemerintah identik dengan sifat ndagel-nya.
Yang pertama adalah rerata upah bulanan masyarakat tiap regional tentunya berbeda-beda, baik mulai dari wilayah perkotaan hingga wilayah pedesaan seperti saya. Jika dirasa ada yang lebih ndagel dari pemerintah dan pembaca mengamini bahwa orang itulah adalah saya, maka saya juga akan mafhum.
Tapi tunggu dulu Jika penghapusan tersebut benar-benar terjadi, kemungkinan akan terjadi kenaikan berbagai macam pajak  yang berkaitan dengan sektor yang penggunaannya bergantung pada bahan-bahan bakar kendaraan tersebut. Yang kedua sebagai mahasiswa yang suka buang-buang bahan bakar kendaraan, tentunya hal ini akan menghambat progresivitas para civitas dan slactivisme kampus.
Tentunya sangat mafhum mengingat pemerintah memang doyan memberikan kejutan-kejutan seperti saat ini atau misalnya beberapa waktu lalu yaitu kenaikan harga bahan bakar tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Tapi apabila hal ini benar-benar terjadi dari sisi psikologi dan budaya masyarakat akan bergeser dalam hal konsumsi bahan bakar kendaraan dengan oktan dibawah 91 tersebut. Mau tidak mau pemerintah harus menyediakan alternatif lain misalnya penambahan upah untuk konsumsi bahan bakar kendaraan diluar umr pokok. Tapi bagaimana nasib orang-orang yang bekerja tidak di lini perusahaan?
Tentunya imbas utamanya terdampak pada masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap. Memang hal ini terdengar sepeleh dan tidak penting.
Jika fokus utama pemerintah dalam mengambil kebijakan tersebut adalah untuk mengurangi emisi dan karbon sudah semestinya pemerintah hanya tinggal memperketat peraturan ganjil-genap kendaraaan saja dan itu sudah cukup.
Lain halnya jika kebijakan tersebut diambil karena sumber daya alam tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam beberapa tahun kedepan.
Saya tidak terlalu faham perihal bagaimana pemerintah memutuskan suatu kebijakan dan pertimbangan apa saja yang masuk dalam standarnya. Tapi hal ini cukup meresahkan bagi saya yang notabene-nya masih cukup tergantung dengan kedua bahan bakar tersebut.
Meskipun kalau tidak ada premium ya saya pakai minyak jelantah dan air kencing untuk pergi ke kampus. Yang terjadi saat ini adalah kegentingan nasional yang berimbas pada sektoral regional.
Anggaran yang dialokasikan untuk infrastruktur tatanan sosial new normal tidaklah sedikit, meskipun saya juga memahami betul bahwa pemerintah sedang tidak main-main dalam hal pencarian vaksin saat ini. Ini adalah anomali bagi saya.
Dimana masyarakat dihadapkan dengan berbagai kebijakan sekaligus yang menurut saya sangat bertentangan dengan misi utama adanya negara.
Tapi saya sangat menghormati para pekerja birokrat dan saya sangat mengapresiasi kerja keras mereka. Meskipun untuk saat ini parameter saya dibuat jatuh dan ndelungup dengan kebijakan akhir-akhir ini. wassalam.

Posting Komentar

0 Komentar