Civitas Kampus Ultramen

Berdasarkan keputusan yang diambil oleh universitas saya rasa sudah memiliki proporsi yang cukup tepat dengan melihat kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah nasional. Banyaknya titik-titik zona merah pada kabupaten masih belum kunjung ada pencerahan.

Hal ini menyebabkan banyak komplikasi pada mahasiswa, salah satunya keluhan yang sering saya dengar dan beberapa darinya yang saya rasakan adalah kendala teknis dan akomodasi penunjang pembelajaran daring. 

Mulai dari spesifikasi perangkat mengharuskan memenuhi beberapa kriteria untuk menginstal aplikasi yang digunakan oleh dosen untuk proses belajar-mengajar. Tentunya hal tersebut memang sangat miris, dari beberapa teman saya mau tidak mau setiap harinya harus pergi ke warung internet untuk mengikuti perkuliahan dan sistem kontrak yang tidak kunjung ada pembaruan.


Tentunya dari beberapa kampus banyak yang merasakan kesulitan ini dalam proses daring. Tapi dalam proses ini tentunya hal yang seharusnya kita lakukan adalah belajar dari sistem kuliah Universitas Terbuka yang seperti kebanyakkan orang telah memberi beberapa tunjangan lengkap dalam proses perkuliahan. Video materi yang telah disiapkan dalam website tentunya sangat membantu dan bisa diulang berkali-kali bahkan bisa didownload.

Berhubung bencana nasional yang terjadi kali ini sangat meresahkan bagaimana kelanjutan dari bangku perkuliahan, keresahan mahasiswa tingkat akhir terkait rumitnya skripsi yang beberapa kampus mengubah ujian kelulusan dari skripsi menjadi artikel ilmiah.

Meskipun selama proses pembelajaran di kelas melalui Whatsapp Grup, Schoology, Edmodo, Google Meet, Zoom dan beberapa aplikasi lainnya. Dosen pun merasakan kendala yang serupa yaitu bagaimana cara mengakomodir seluruh mahasiswa dalam kelas agar tetap kondusif namun tidak melupakan tujuan pembelajaran. 

Namun beberapa hal yang saya sebutkan diatas kebijakan kampus untuk memperpanjang masa daring memanglah sangat tepat akan tetapi dari kesemua itu tetap memiliki beberapa hal yang harus dimaksimalkan misalnya bagaimana membangun kelas interaktif dan mencapai efisiensi waktu.

Misalnya berita yang dihadirkan oleh pemerintah dalam upaya penanganan covid-19 adalah salah satu cara untuk mencegah. Dan bagaimana langkah yang seharusnya dilakukan oleh universitas trunojoyo dalam menangani kasus semacam ini?

Bantuan masker saya rasa tidaklah cukup, apabila Presiden Joko Widodo mengambil langkah dalam penanganan pandemi ini, seharusnya seluruh lini sektor kampus dari hirarki tertinggi hingga pemerintah daerah harus segera mengalokasikan dan memerintahkan untuk melakukan pembatasan nasional berskala besar secara masif, sistematis, terstruktur, Aye! 

Dalam hal ini yang dirasa tidak dapat mengikuti ujian nasional ini adalah orang-orang dari kalangan menengah kebawah dimana setiap hari masih tetap diharuskan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bantuan dana enam ratus ribu sebulan atau sebamko tiap masing-masing rumah tidaklah cukup.

Maklum saya sebagai orang asli Indonesia akan memahami budaya ini sebagai naluri insting bercocok bertahan hidup, karakteristik orang-orang yang sedang menghadapi masalah cenderung beradaptasi pada lingkungannya seperti mimikri bunglon. 

Yang menjadi kekhawatiran saya adalah saat orang-orang melakukan adaptasi tersebut adalah tidak bisa kembali seperti semula seperti Ultramen yang berubah wujud untuk mengalahkan pandemi ahooi!. Namun saat sinyal di dadanya mendekati batas tertentu nyala lampu dengan proporsi setengah lebar bahu lima belas senti dari bahu dengan warna merah menyala dan berkedip-kedip.

Kebijakan kampus seharusnya memiliki solusi tadi, selain merapatkan yang terjadi saat ini adalah bencana kemanusiaan, genosida massal yang dipicu dari Wuhan, China. Ayolah kembalikan waktu ngopi saya dan dengan baik, jadwal tidur yang seperti biasanya.

Yang terjadi daripada pihak kampus saat ditelaah terkait kejadian yang ini jawabannya cukup simple yaitu memperpanjang durasi hingga batas yang tak ditentukan mengikuti kebijakan pemerintah nasional dari yang sebelumnya ini adalah surat edaran yang ketiga kalinya dalam masa perpanjangan durasi memang benar yang dilakukan kampus adalah mengikuti anjuran nasional.

Tapi hal ini masih lebih baik menurut saya daripada apa yang dilakukan oleh Luhur Pandjaitan dalam bencana nasional meskipun skalanya lebih kecil beberapa bulan yang lalu dan masih tengiang dalam pikiran saya mengajak masyarakat untuk menenangkan batin dengan ucapan yang sangat fenomenal yaitu “Mohon bersabar ini ujian”.

Saya rasa kalimat tersebut tidak perlu di ketik dan di tempel kembali setiap menjelang ujian nasional sekolah tingkat dasar hingga menengah keatas, karena telah tertempel bahkan melekat dalam pikiran para pemikir laten seperti saya.

Baca: Mimisme

Posting Komentar

0 Komentar